|
![]() |
|
Syarat Tumbuh Dan Berkembangnya Ekosistem Mangrove, Padang Lamun, Dan Terumbu Karang Oleh Satria Indratmoko, 0706265831 1. Ekosistem mangrove Ekosistem mangrove merupakan sekelompok tumbuhan yang mampu tumbuhdan berkembang di lingkungan pantai(pesisir) atau disepanjang pantai danmuara sungai dengan kadar garam tinggi, selalu terendam air, memiliki kondisi tanah yang tidak stabil dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ciri-ciri tumbuhan mangrove yaitu memiliki akar yang tumbuh keatas, atau tumbuh keluar batang sehingga dapat menyangga pohon dan berguna untuk mengambil oksigen yang ada di udara, berbeda Hutan Mangrove a. Akar tongkat atau penyangga merupakan akar yang keluar dari bagian bawah batang pohon dan menghujam ke dalam tanah atau lumpur seolaholah menopang batang pohon agar tidak rubuh, contohnya : akar pohon rhizophora. b. Akar nafas merupakan bentuk akar yang bercabang-cabang yang muncul ke permukaan air, karena menyesuaikan diri terhadap kurangnya oksigen atau zat asam yang ada di perairan. Contohnya : akar pohon avicennia c. Sedangkan akar lutut merupakan akar yang bercabang-cabang yang muncul ke permukaan tanah mirip dengan lutut manusia, dapat mengokohkan berdirinya batang karena mencengkram tanah, contohnya akar pohon bruguiera. 2. Ekosistem lamun Padang lamun merupakan hamparan tumbuhan seperti rumput atau alangalang yang terbenam di dalam laut yang dangkal, tenang, berpasir atau berlumpur. Tumbuhan lamun terdiri dari rhizoma, daun dan akar. Rhizoma adalah batang yang terbenam dan mendatar diatas permukaan dasar laut. Ciri-ciri tumbuhan lamun antara lain : mampu hidup dan dapat menyesuaikan diri terhadap air asin atau garam, dapat hidup dan berkembang biak di air (dasar laut), daun lamun mengandung banyak udara agar mudah mengapung di bawah permukaan air laut, dan memiliki sistem perakaran yang kokoh dan kuat, sehingga tidak mudah di rusak oleh ombak dan air laut, sistem perakaran tersebut juga berguna sebagai penangkap makanan dalam ukuran kecil yang ada dalam endapan lumpur. Dalam satu tumbuhan hanya ada bunga jantan saja atau bunga betina saja. Sistem pembiakan pada lamun bersifat khas karena mampu melakukan penyerbukan di dalam air. Buahnya pun terendam dalam air, selain tumbuhan lamun hidup pula tumbuhan lain yakni alga laut atau ganggang laut atau yang lebih dikenal dengan nama rumput laut. Padang lamun berperan sebagai penyaring, karena padang lamun dapat menyaring zat-zat kimia berbahaya sebelum terbawa ke bagian laut lainnya, selian itu juga mencegah pelumpuran atau terjadinya endapan lumpur yang berlebihan. 3. Ekosistem terumbu karang Karang adalah jenis hewan laut yang berukuran kecil yang biasa disebut polip, hidupnya menempel pada substrat seperti batu atau dasar berkelompok membentuk suatu koloni. Hewan ini menghasilkan deposit yang berupa kalsium karbonat (CaCo3) yang terakumulasi menjadi terumbu dan bila hewan yang berada didalam terumbu ini mati maka terumbu karang tersebut tidak berkembang sehingga menjadi batu karang atau karang mati. Terumbu karang disebut juga rumah ikan, karena di terumbu karang ditemukan berbagai jenis ikan karang, ikan hias, udang, kepiting, bintang laut dan biota lain seperti cacing dan keong. Pembentukan terumbu karang terjadi melalui proses biologi dan geologi dalam kurun waktu yang sangat lama. Dimulai dari hewan karang yang disebut polip. Polip karang menghasilkan zat kapur yang dikeluarkan dan ditimbun di luar tubuhnya. Polip tidak hidup sendiri tetapi berkelompok dan disebut koloni karang. Dalam waktu yang sangat lama, koloni karang tersebut membentuk bangunan rumah kapur. Tumpukan zat kapur baik besar maupun yang kecil di lekatkan satu dengan lainnya oleh alga Zoocanthellae (baca : zoosantela), sehingga disebut koralin alga. Koralin alga itulah yang menyebabkan warna warni yang sangat indah dan menarik pada karang. Berdasarkan bentuknya, terumbu karang dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : 1. Terumbu Karang tepi, pada umumnya dijumpai langsung dekat pulau atau di sepanjang pantai dengan kedalaman tidak lebih dari 40 m. 2. Terumbu Karang Penghalang, biasanya berada jauh dari pantai dan dipisahkan oleh goba yang memiliki kedalaman 40-75m. 3. Atol adalah terumbu karang yang menyerupai cincin. Disamping memiliki bentuk dan kelompok, terumbu karang juga memiliki beberapa tipe. Tipe karang secara alami memiliki bermacam-macam tipe, di perairan Indonesia terdapat tipe karang batu sebagai berikut: 1. Bentuk percabangan, banyak di dominasi oleh marga Acropora. Bentuk karang ini umumnya datar seperti meja atau jamur. 2. Bentuk seperti lembaran daun yang memiliki corak berwarna warni dan berukuran besar misalnya marga Montipora. 3. Bentuk bulat dan keras serta berukuran besar, misalnya marga Favia. 4. Bentuk yang menyerupai jamur, dikenal dengan sebutan karang jamur misalnya marga Fungia. Terumbu karang memiliki fungsi untuk menahan tenggelamnya gugus daratan yang diakibatkan pengikisan daratan oleh air laut secara terus menerus dalam selang waktu yang lama. Kejadian alam ini seperti itu dikenal dengan abrasi. Akan tetapi jika keadaan terumbu karang di suatu wilayah terpelihara dengan baik, niscaya pulau-pulau yang ada didekatnya tetap terjaga dengan utuh. Kekokohan terumbu karang menjadi sangat penting bagi perlindungan pantai dan perairan dangkal lainnya dari hempasan ombak dan arus yang berasal dari arah laut. Kita telah mengenal banyak sekali perairan Indonesia dijadikan tempat wisata bahari dan disukai oleh penyelam asing maupun penyelam dari negeri sendiri. Walaupun terkesan kokoh dan kuat, sebenarnya terumbu karang merupakan bangunan yang sangat rapuh terhadap perubahan keadaan perairan tempat hidupnya, apalagi adanya perilaku manusia yang tidak ramah lingkungan telah menjadi penyebab kerusakan terumbu karang Indonesia. Kita patut berbangga karena negara kita merupakan salah satu negara yang memiliki luas dan keanekaragaman jenis terumbu karang terbesar di dunia. Diperkirakan luas terumbu karang Indonesia sekitar 85.707 km2. Salah satu terumbu karang yang besar adalah Taman Nasional Laut Takabonerate yang terletak di Kabupaten Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan, yang juga merupakan karang atol terbesar ketiga di dunia. Oleh karena itu agar tidak terjadi perusakan terumbu karang di perairan Indonesia kita harus melaksanakan pembangunan kelautan yang tepat guna serta menjaga kelestarian alam laut Indonesia. |